Rumah dalam Tanda Kutip
Oleh : Azhaarul Jannah (Staf divisi Srikandi UKM-FEB SEFiS FEB UTM)
![]() |
Sumber Gambar : Google |
Ternyata kau tak berniat untuk singgah dan menetap disini, kau hanya
beristirahat dan mampir sebentar.....
Ada seseorang yang
tiba-tiba berkunjung ke rumah ini. Aku tak tahu bagaimana ia bisa datang, yang
aku tahu dia tiba-tiba datang. Entah apa maksud dan tujuannya. Kupikir, ia
hanya akan bertamu sebentar. Tetapi, nyatanya ia tak kunjung pergi dari rumah
ini.
Musim telah
berganti. Ia tak kunjung pergi. Sebenarnya ingin sekali kulontarkan pertanyaan
“Kapankah kau akan pulang dari rumah ini?”. Tapi kuurungkan niatku itu. Mungkin
ia akan pergi sebentar lagi.
Musim pun kembali
berganti. Dia masih tetap disini. Aku tak tahu sebenarnya apa maksud dan
tujuannya hingga ia tetap tinggal di rumah ini. Oh, aku tak ingin rasa
penasaran ini bergumpal. Aku kumpulkan sedikit demi sedikit keberanian untuk
menanyakan hal itu.
Dan ketika aku bertanya,
“Sampai kapankah kau akan berada di rumahku?”.
“Tidakkah kau mengerti?
Untuk apakah aku melewati dua musim di rumah ini jikalau aku hanya sekedar
bertamu?” Jawabnya tanpa ragu.
“Apa maksudmu? Aku
benar-benar tak mengerti.” Ujarku.
“Ketika pertama kali aku
datang ke rumah ini, aku hanya berniat untuk bertamu saja. Tetapi setelah
lama-kelamaan aku singgah disini, aku menemukan sebuah kenyamanan tersendiri.
Sehingga kini, aku tak hanya ingin sekedar bertamu, tapi aku ingin menetap
disini.”
“Menetap? Bagaimana bisa?
Tidakkah kau lihat? Rumah ini tak nyaman. Rumah ini telah rapuh. Banyak dinding
yang hendak roboh. Catnya pun banyak yang mengelupas.”
“Tak apa-apa. Aku akan
memperbaikinya.”
“Aku takut kau akan
menambah kerusakan pada rumah ini.”
“Percayalah padaku, aku
akan membuat rumah ini seperti rumah baru.”
Ternyata ia benar-benar
serius untuk menetap disini. Walaupun sebenarnya aku takut ia akan membuat
lebih banyak kerusakan di rumah ini, aku mengizinkannya untuk menetap
disini, berusaha percaya padanya.
Waktu berlalu. Aku terbiasa dengan keberadaannya. Aku rasa, kini dia
menjadi pelangi. Sedikit banyaknya, ia telah memberi warna tersendiri di rumah
ini.
Aku berusaha memberikan
jamuan terbaik untuknya. Menjadi sebaik-baiknyakhadimah untuknya,
meskipun aku shahibul bait di rumah ini. Aku pun terbiasa
dengan keadaan ini dan berharap akan seperti ini seterusnya.
Apa yang ia katakan
terbukti. Ia menyulap rumah ini menjadi rumah baru. Ia mengganti semua
kerusakan yang ada di rumah ini. Aku semakin nyaman berada di rumah ini. Gelar
“pesulap” layak diberikan untuknya, rumah yang semula penuh dengan kerusakan
dapat ia ubah menjadi rumah yang begitu nyaman.
***
Dan setelah sekian lama ia
menetap di rumah ini, aku rasa ia mulai tak nyaman tinggal disini. Aku takut ia
pergi dari rumah ini. Aku takut ia mencari tempat lain untuknya menetap.
Tak kusangka, hal yang aku
takutkan terjadi. Ia ternyata pergi dari rumah ini. Mungkin ia merasa bosan,
atau ia sudah merasa tak nyaman. Hmm, hati ini hanya bisa menerka tanpa tahu
jawaban pasti.
Mencoba berprasangka baik, ia
mungkin hanya pergi sebentar. Tetapi setelah aku menunggunya begitu lama, ia
tak juga kembali. Apa boleh buat, aku tak bisa memaksanya untuk tetap tinggal
di rumah ini.
Ya, ia benar-benar pergi.
Setelah kepergiannya, rumah ini berubah. Banyak genting yang bocor, catnya
mengelupas, pagarnya dipenuhi karat, dindingnya hampir roboh, rapuh. Angin
hanya membutuhkan satu hembusan halus saja untuk merubuhkan rumah ini.
Aku tak ingin tahu alasan
mengapa ia pergi dari rumah ini. Aku tak akan melemparkan tanda tanya lagi
kepadanya. Hanya mengharap, waktu yang akan menjawab semua ini. Dan hanya bisa
bermunajat, dimanapun ia berada, semoga ia tetap dilindungi, disayangi, dan
dihargai.
Kini aku harus melepas
mimpi itu ke udara. Membiarkannya diterpa angin. Sejauh-jauhnya,
sekencang-kencangnya. Usahlah kau khawatir, aku takkan pernah membencimu. Aku
tetap menganggapmu pelangi. Pelangi yang sempat mewarnai rumah ini.
Dan kini, aku akan
membiarkan rumah ini kosong dan tak berpenghuni. Aku akan menyerahkan rumah ini
kepada pemiliknya, pemilik dari alam semesta. Memang, hampa kini menyelimuti
rumah ini. Tapi aku yakin, ini hanya sementara.
Aku akan membiarkan rumah
ini kosong dan tak berpenghuni sampai saat itu tiba. Saat dimana seorang ‘dia’
yang tak tahu siapa, benar-benar ‘berniat’ menempati rumah ini bagaimanapun
keadaannya. Saat dimana seorang ‘dia’ yang tak tahu siapa, benar-benar ‘ingin’
untuk menempati rumah ini.
Apakah kaktus berbunga
setiap saat? Tentu tidak. Kaktus akan berbunga pada saatnya. Ya, semua akan ada
saatnya. Semua akan indah pada waktunya. Sabarlah wahai hati. Kau hanya perlu
menunggu sedikit lama untuk itu.
***
1 komentar: